Senin, 11 Februari 2019

Kritik Arsitektur Tribowl dan Pasar Ciracas

KRITIK DESKRIPTIF
Tri-Bowl Korea Selatan


DEPI MUSTIKA SARI
4TB03


21315703




DESKRIPSI SINGKAT :
Tri-bowl merupakan suatu gedung exhibition yang terletak di daerah Song Do di kota Incheon, Korea Selatan. Bangunan ini diresmikan pada Maret 2010. Dibangun oleh perusahaan iArc Architechs, bangunan ini menjadi salahsatu landmark terkenal di korea selatan & menjadi taman pusat di daerah Song Do. Bangunan tri-bowl ini memiliki luas lebih dari 2.869 m².



SISI VISUAL TRI-BOWL : 
Kesan yang ditampilkan oleh bangunan exhibition ini adalah kesan unik, karena bangunan ini berbentuk tiga buah mangkuk yang digabungkan menjadi satu berbeda dengan bangunan yang ada di sekitar. Bentuk bangunan ini melengkung dengan atap datar.
Fasad bangunan ini unik karena berwarna abu-abu dan juga memakai struktur shell dengan memakai beton ekspos pada bagian bawah cangkang. Terdapat kolam di sekitar bangunan ini menambah kesan bangunan tampak terapung. Akses dari jalan utama ke bangunan memakai jembatan panjang.





KESIMPULAN :
Secara keseluruhan menurut saya bangunan Ti-Bowl ini sangat unik & berbeda dengan bangunan yang ada di sekitarnya, terutama pada bagian penggunaan struktur bangunan, fasad bangunan dan kolam.
Tetapi pada banguan Tri-Bowl ini sepi pengunjung karena di daerah SongDo merupakan kota baru dan jumlah penduduk masih rendah. Dan bangunan ini tidak semua orang bisa masuk kedalam dan bangunan ini menjadi kurang dalam segi pemanfaatannya karena bangunan ini hanya bisa dilihat luar nya saja sehingga pengunjung turis atau orang local harus memiliki izin dahulu sebelum masuk ke dalam bangunan Tri-Bowl ini.
(Kritik ini ditulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis pada bulan April 2018)





PASAR CIRACAS JAKARTA TIMUR



DESKRIPSI SINGKAT :
Pasar Ciracas merupakan pasar tradisional yang berada di Ciracas, Jakarta Timur. Luas banguan pasar ini adalah 4.682 m². Pasar Ciracas berada di kawasan pabrik-pabrik dan dekat dengan jalan utama.






SISI VISUAL PASAR CIRACAS :  
Bentuk bangunan pasar Ciracas ini sama dengan pasar tradisional pada umumnya karena pasar Ciracas ini merupakan bagian dari pasar jaya.
Pasar Ciracas ini memiliki 2 tempat parkir yaitu di samping bangunan dan di depan bangunan. Pasar ini memiliki ramp sebagai akses keluar kendaraan & memiliki tangga untuk akses pejalan kaki.


KESIMPULAN :
Pasar Ciracas ini letaknya sudah strategis karena terhubung dengan jalan utama, akan tetapi pada area parkir di dekat tangga itu kendaraan-kendaraan yang parkir menghalangi akses keluar pasar & pengunjung yang ingin masuk ke pasar harus berhati-hati karena bersebrangan dengan motor yang ingin keluar pasar.


(Kritik ini ditulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis pada bulan November 2018)





Kritik Arsitektur


Kritik Arsitektur Deskriptif
Sirkulasi & Aksesibilitas Pada Bangunan Yayasan Budi Daya Kasih, Cijantung, Jakarta Timur

DEPI MUSTIKA SARI
4TB03
TEKNIK ARSITEKTUR



ABSTRAK

Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan seorang anak, tetapi juga menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan manusia (Kumar, 2007). Selain Pendidikan Regular adapula pendidikan untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus yaitu Pendidikan Khusus.
Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, social atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003). Pendidikan khusus atau Pendidikan Luar Biasa (SLB) adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang secara khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau kelainan prilaku. Pada umumnya pendidikan luar biasa diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa (Mnagunsong, 1998).
Yayasan Budi Daya Kasih merupakan sebuah sekolah milik swasta, gedung Yayasan Budi Daya Kasih ini disumbangkan oleh Women’s International Club Jakarta
Penulis melakukan penelitian pada bagian bangunan SLB C. Pada Yayasan Budi Daya Kasih ini SLB bagian C merupakan gabungan dari SLB B dan SLB D.

Kata Kunci : Pendidikan Khusus, Inklusi, Badan Pusat Statistik, Yayasan Budi Daya Kasih




BAB I PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibukota negara Indonesia dan kota terbesar di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yanag memiliki status setingkat provinsi. Letak Jakarta di posisi bagian barat laut Pulau Jawa. Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² dengan populasi penduduk sebanyak 10.374.235 jiwa pada tahun 2017. 
DKI Jakarta menyediakan sarana pensisikan dari Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, keprribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan seorang anak, tetapi juga menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan manusia (Kumar, 2007). Selain Pendidikan Regular adapula pendidikan untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus yaitu Pendidikan Khusus.
Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, social atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003). Pendidikan khusus atau Pendidikan Luar Biasa (SLB) adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang secara khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau kelainan prilaku. Pada umumnya pendidikan luar biasa diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa (Mnagunsong, 1998).
Ada tiga jenis Pendidikan Khusus, yaitu Pendidikan Segresi (sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem sekolah regular sesuai dengan jenis kelainan), Pedidikan Integrasi (sistem sekolaj untuk memindahkan seorang siswa pada lingkungan yang tidak terlalu terpisah dengan kelas sekolah regular) dan Pendidikan Inklusi (sistem sekolah yang menyatukan siswa regular dan siswa berkebutuhan khusus dalam program yang sama).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Naional (Permendiknas) No.70 tahun 2009 Pasal 3 ayat 1 yaitu setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan social atau memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Adapun bentuk satuan pendidikan/lembaga sesuai dengan kekhususan di Indonesia dikategorikan menjadi sebagai berikut :
1.      SLB A untuk tunanetra, yaitu seseorang dengan yang memiliki tingkat penglihatan lemah atau akurasi kurang dari 6/60 atau tidak lagi memiliki penglihatan.
2.      SLB B untuk tunarungu, yaitu seseorang yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.
3.      SLB C untuk tunagrahita, yaitu seseorang yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam beradaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan.
4.      SLB D untuk tunadaksa, yaitu seseorang yang memiliki ganguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit akibat kecelakaan, amputasi, polio dan lumpuh.
5.      SLB E untuk tunalaras, yaitu seseorang yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan control social.
6.      SLB G untuk cacat ganda, yaitu seseorang yang memiliki lebih dari satu kelainan pada dirinya.

Jumlah penduduk Jakarta berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta pada tahun 2017 tercatat sejumlah penyandang disabilitas sebanyak 10,37 juta jiwa. Kota dengan tingkat populasi penyandang disabilitas terbanyak yaitu Jakarta Timur dengan jumlah populasi sebanyak 2,89 juta jiwa. Jakarta Barat sebanyak 2,53 juta jiwa, Jakarta Selatan sebanyak 2,23 juta jiwa, Jakarta Utara sebanyak 1,78 jua jiwa, Jakarta Pusat sebanyak 921 ribu jiwa, dan kabupaten kepulauan seribu sebanyak 24 ribu jiwa.
Sedangkan untuk penyandang disabilitas di Jakarta Bapan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mensurvey pada tahun 2015, tercatat jumlah penyandang disabilitas di Jakarta mencapai 6.003 jiwa.
Kota Jakarta Timur merupakan kota ketiga di DKI Jakarta dengan populasi jumlah disabilitas terbanyak, maka dari itu penulis memilih kota salah satu sekolah yang menangani anak yang berkebutuhan khusus yaitu pada Yayasan Budi Daya Kasih yang berlokasi di Jalan Raya Bogor, No.44, Cijantung, Jakarta Timur.
Yayasan Budi Daya Kasih merupakan sebuah sekolah milik swasta, gedung Yayasan Budi Daya Kasih ini disumbangkan oleh Women’s International Club Jakarta Penulis melakukan penelitian pada bagian bangunan SLB C. Pada Yayasan Budi Daya Kasih ini SLB bagian C merupakan gabungan dari SLB B dan SLB D.


1.2  METODE PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis menggunakan metode deduktif, yaitu berdasarkan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu lingkungan tertentu yang nyata. Metode deduktif ini berasal daru teori untuk mendapatkan pengetahuan substansif dan parameter-parameternya. Parameter yang digunakan dalam pembahasan kritik arsitektur deduktif yaitu berupa :
1.      Aspek statis : yaitu berfokus pada bentuk banguanan dan fungsi dari bangunan tersebut.
2.      Aspek dinamis : yaitu berupa kegunaan dari bangunan tersebut dan aktivitas pada bangunan tersebut.


BAB II PEMBAHASAN

2.1  ASPEK STATIS YAYASAN BUDI DAYA KASIH
Bangunan Yayasan Budi Daya Kasih merupakan bangunan yang berfungsi sebagai sekolah khusus untuk siswa disabilitas yang berada di daerah Cijantung, Jakarta Timur. Bentuk bangunan yayasan budi daya kasih seperti sekolah regular pada umumnya dan tidak ada ciri khusus yang menandakan bahwa itu merupakan sekolah untuk siswa disabilitas.

Gambar 2.1 Bentuk Yayasan Budi Daya Kasih

Sumber : Data Pribadi


2.2  ASPEK DINAMIS YAYASAN BUDI DAYA KASIH
Yayasan Budi Daya Kasih ini hanya memiliki satu lantai dan memiliki tiga gedung bangunan. Bangunan pertama untuk SLB B, bangunan kedua untuk SLB C dan bangunan ketiga yaitu untuk SLB C SMP dan SMA. 


Gambar 2.2 SLB B
Sumber : Data Pribadi

Dalam satu kelas di yayasan ini memiliki jumlah maksimal 5 orang untuk TK dan 8 orang untuk SMP dan SMA. Keadaan dalam kelas akan kondusif bila siswa dalam keadaan tenang dan tidak hiperaktif. 


Gambar 2.3 SLB C
Sumber : Data Pribadi


Pada bagian bangunan ketiga letaknya berada di tempat yang berbeda yaitu menanjak dan dibagian belakang terdapat tempat praktek kelas berkebun dan lapangan olahraga. 



Gambar 2.4 Akses Bagian Belakang Gedung
Sumber : Data Pribadi


Gambar 2.4 Akses Bagian Belakang Gedung
Sumber : Data Pribadi




BAB III KESIMPULAN

Bangunan yayasan budi daya ini belum memenuhi kebutuhan untuk siswa disabilitas, akses untuk siswa juga belum efektif karena tidak ada railing pada tangga dan pada lantai tidak ada yellow line yaitu garis tanda pada lantai untuk penyandang disabilitas.
Kepala sekolah yayasan budi daya kasih mengharapkan bangunan sekolah yang mendekati ideal untuk siswa disabilitas dan ingin sekolah diperbaiki secara total demi kenyamanan siswa, pengunjung, dan kegiatan belajar mengajar.