Sabtu, 04 Mei 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR - MUSEUM BAHARI II







KONSERVASI ARSITEKTUR
MUSEUM BAHARI JAKARTA UTARA

DEPI MUSTIKA SARI
21315703
4TB03





BAB III
GAMBARAN KAWASAN

3.1     Kondisi Eksisting


Museum Bahari ini terletak di Jl. Ps. Ikan No.1, RT.11, Penjaringan, Jakarta Utara. Museum ini berada tidak jauh dari lokasi kawasan Kota Tua. Museum Bahari memiliki luas lahan sebesar 8.116 m².

Berikut ini merupakan eksisting Museum Bahari :
Utara        : Pelabuhan Sunda Kelapa
Selatan     : Jalan Pakin, Kali Krukut & VOC Resto
Barat        : Komplek Perumahan Mitra Bahari II, Jalan Mitra Bahari & PT. Budi
Bakti Prima
Timur        : Cagar Budaya Pelelangan Pasar Ikan & Pintu Air Sunda Kelapa

3.2    Ulasan Arsitektural
Museum Bahari didirikan tahun 1652 dengan tiga lantai pada masa pemerintahan colonial Belanda di Batavia. Bangunan ini dahulu berfungsi sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah sebelum akhirnya menjadi mueum benda-benda bersejarah berupa kapal dan perahu asli dan miniatur.
Museum ini memiliki dua bagian yaitu gudang barat (Westzijdsch Pakhueizen) dan gudang timur (Oosjzidsch Pakhueizen), bangunan ini sepenuhnya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1976 dan diresmikan sebagai Museum Bahari pada 7 Juli 1977.


3.3    Lagam

 Lagam pada Museum Bahari adalah Arsitektural Kolonial yaitu bangunan yang dibangun pada masa colonial belanda dan berorientasi pada gaya arsitektural klasi Yunani dan Romawi.

Ciri yang menonjol terletak pada bentuk bangunan yang memiliki kolom-kolom dorik, pediment berbentuk segitiga, menggunakan material ekspos dan ukran jendela besar.


3.4    Fasad dan Elemen
Fasad bangunan adalah elem arsitektur terpenting yang dapat menentukan fungsi dan makna sebuah bangunan. Bangunan Museum Bahari ini memiliki bentuk proporsi pada setiap jendela dan elemen lain yang diletakkan sejajar dan diletakkan pada jarak yang sama atau simetris.
Warna dinding bangunan putih polos dan tidak ada ukiran di dinding. Interior bangunan menngunakan kayu ekspos dan pada kolom bangunan juga menggunakan kayu ekspos.












BAB IV
ULASAN PENANGANAN PELESTARIAN

4.1    Pelestarian Museum Bahari
Museum Bahari merupakan cagar budaya golongan B, yaitu pemugaran atau alih fungsi bangunan dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
·         Bangunan dilarang dibogkar dengan sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak sperti semula harus dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
·         Perubahan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah karakter bangunan serta dengan mempertahankan detail dan ornament bangunan yang penting.
·         Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan fungsi dan tata ruang dalam asalkan tidak mengubah karakter utama bangunan.
·         Didalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi suatu kesatuan dengan bangunan utama.

Dari keterangan diatas, penulis mengulas penanganan pelestarian dengan cara membuat bangunan tambahan sebagai fasilitas Events Center yaitu bangunan yang digunakan sebagai wadah berbagai acara kesenian, tari dan makanan tradisional.
Bangunan Events Center ini berfungsi sebagai menambah daya Tarik wisatawan local maupun mancanegara untuk datang mengunjungi museum dan agar museum tidak monoton.




Berikut ini merupakan hasil penambahan fasilitas Events Center :







Detail bangunan :



 








                                                        

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1    Kesimpulan
Museum Bahari atau museum maritime ini merupakan museum tempat penyimpanan perahu, alat-alat berlayar dan kolase gambar-gambar nelayan jaman dahulu. Bangunan ini merupakan bangunan yang bergaya Arsitektur Kolonia dapat dilihat dari bentuk bangunan yang memiliki pilar-pilar besar, jendela berukuran besar, pediment atau atap berbentuk segitiga, dan memiliki jendela pada atap bangunannya.

6.2    Saran
Saran dari penulis yang penulis dapat setelah mengobservasi Museum Bahari Jakarta yaitu bangunan ini terlihat bagus dan terawat akan tetapi masih terbilang sepi pengunjung jika dibandingkan dengan Kawasan Kota Tua yang ramai pengunjung maka dari itu penulis menambahkan fasilitas Events Center untuk menambah daya tarik bangunan.




BAB VII
DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar